Adam Smith dan Pandangannya pada Perekonomian

 01.06.2023


Adam Smith dan Pandangannya pada Perekonomian


Adam Smith lahir 300 tahun yang lalu, di Kirkcaldy, Skotlandia. Sosoknya memiliki 

pengaruh besar  bahkan eksentrik. Namun gagasannya mengenai pasar bebas dan 

kompetitif  masih memengaruhi cara kita berpikir hingga sekarang.









Ketika muda, Smith sering memberikan serangkaian ceramah umum di University of 

Edinburgh. Ia bertemu dengan David Hume disana, seorang tokoh utama  gerakan 

pencerahan Skotlandia.  



Pada saat itu pula gagasan "tangan tak terlihat" mulai terbentuk. Smith memandang bahwa 

intervensi pemerintah dalam perekonomian hanya mengganggu "Kerja alami pasar".  Smith 

menguraikan pandangannya ini dalam bukunya The Wealth of Nations" 








Sistem ekonomi versi Adam Smith memiliki tiga pilar yaitu pembagian kerja, 

mekanisme harga, dan alat tukar (uang). Baik dari harga barang atau jasa dan upah pekerja 

yang memproduksinya ditentukan oleh mekanisme harga (yang disebut smith dengan 

"tangan tak terlihat). Sementara peran uang ditentukan oleh pasar yaitu untuk membayar 

barang/jasa dan pasokan uang tidak seharusnya didistorsi oleh negara seperti misalnya, 

melalui kebijakan merkantilisme yang menyatakan bahwa tujuan perdagangan adalah 

untuk mencetak surplus ekspor atas impor dan meningkatkan persediaan emas dan perak 

negara itu.


Jelas Smith dipengaruhi oleh pertumbuhan pabrik. Ia menekankan bahwa pembagian 

kerja yang efisien agar ada spesialisasi dalam produksi. Misalkan produksi jas wol 

membutuhkan wol untuk dihimpun, dipintal, diwarnai, dijahit, dan disesuaikan ukuran. 

Smith menggambarkan manfaat spesialisasi dengan menggunakan pembuatan peniti 

sebagai contohnya. Ia menyatakan bahwa sepuluh pekerja yang masing-masing menangani 

bagiannya sendiri bisa memproduksi 48.000 peniti dalam sehari. 


Sementara jika semua tahap pekerjaan ditangani hanya oleh satu orang maka orang itu hanya 

bisa menghasilkan sepuluh atau maksimal dua ratus peniti. Smith berpandangan bahwa 

dengan adanya spesialisasi akan membuahkan kemakmuran bagi suatu bangsa.



Namun smith mencemaskan adanya distorsi yang dapat menyebabkan harga pasar 

suatu  barang akan melenceng jauh dari harga alaminya. Dalam pandangannya, negara 

dan pemain usaha dapat mendistorsi harga dengan cara mengintervensi kekuatan pasar, 

negara dapat mengintervensi melalui pajak dan pemain usaha melalui penetapan harga 

yang terlampau tinggi. Ia menyimpulkan "Dari semuanya... sejauh ini, langkah 

(kebijakan pemerintah) yang terbaik adalah membiarkan pasar berjalan apa adanya."₁ 




Pendekatannya ini dikenal dengan nama Laissez-faire, meskipun Smith tidak 

menggunakan istilah ini secara spesifik untuk konteks ini. Konsep laisses-faire bisa dilacak 

ke abad ke-17, masa pemikir Inggris dan Belanda, dan yang memengaruhi para pedagang 

Prancis dibawah kekuasaan Louis XIV-raja yang ingin mempertahankan kebijakan 

merkantilisme  dan mengintervensi ekonomi. 


Diceritakan bahwa saat seorang menteri Prancis bertanya kepada pedagang mengenai apa 

yang dilakukan pemerintah untuknya, pedagang itu menjawab " Laissez faire, morbleu, 

laissez-nous faire!" atau "Biarkan saja kami, sialanbiarkan!" 



Dalam konteks teori Smith, satu hasil dari mekanisme ini adalah kepentingan-

kepentingan dari berbagai pihak akan membuat produsen dan konsumen memproduksi 

dan mengkonsumsi dengan efisien. Produsen yang ingin menjual barang mereka 

akan menciptakan kempetisi, dari kompetisi ini mendorong harga ke arah titik ekuilibrium. 

Pada gilirannya, pendapatan usaha digunakan untuk membayar upah pekerja (yang 

juga merupakan konsumen); dengan begitu, perekonomian memetik manfaat dari setiap 

anggota masyarakat yang bertindak atas dasar kepentingannya sendiri. 



Smith  bukan tidak sadar terhadap konsekuensi negatif kepentingan diri. Ia pernah 

berkomentar bahwa mereka yang tidak mampu menilai sesuatu beresiko mengalami 

"kegalisahan, ketakutan, dan kesedihan; sakit, marabahaya, dan kematian ."₂ Namun secara 

umum, ambisi seseorang untuk mencapai "kekuasaan dan kekayaan" akan meningkatkan 

kesejahteraan ekonomi suatu masyarakat.





 
Daftar Pustaka

Adam Smith, 1978 (1763), Lectures on Jurisprudence (judul alternative untuk Lectures on Justice, Police, Revenue and Arms) ed. Ronald E. Meek, David D. Raphael, dan Peter G. Stein, Oxford: Clarendon Press, hlm. 499.


Adam Smith, 1759, The Theory of Moral Sentiments, London: A. Millar, Edin-burgh: A. Kincaid, dan J. Bell, bag.IV, s.1, par.10.

Ibid

Linda Yueh, 2018, Belajar dari 12 Ekonom Besar Dunia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
  

Komentar